Saat azan magrib berkumandang

Saat azan magrib berkumandang

Waktu ini, saat azan magrib berkumandang.

Di kehidupan yang lain,

Kau sedang memikirkan aku.

Kau begitu merindukan aku, walaupun matahari yang sama-sama kita lihat pagi tadi masih belum sepenuhnya terbenam di peraduannya.

Kau sedang terbayang  tawaku ketika kita bercanda.

Kecerdasanku ketika kita berdebat.

Kesabaranku ketika menghadapi ucapanmu yang sedang emosi.

Ketabahanku ketika kau men-diam-kan aku. Ketika kau tidak menjawab sapaanku.

Waktu ini, saat azan magrib berkumandang.

Di kehidupan yang lain.

Kau akhirnya menyadari sesuatu.

Bahwa, segala yang kulakukan.

Segala pujianku akan kecerdasanmu.

Setiap hal kecil yang kulakukan untukmu. Setiap sapaan, teguran, dan canda.

Sikap salah tingkah yang kadang terlihat dari gerak-gerikku ketika kau berada dekat denganku.

Adalah karena satu hal yang tidak pernah kuungkapkan dengan kata-kata. Tapi sangat jelas terlihat dari bahasa tubuhku.

Karena, bahasa tubuh lebih jujur dari bahasa lisan.

Waktu ini, saat azan magrib berkumandang. Di kehidupan yang lain.

Kau berikrar, berjanji pada dirimu sendiri.

Bahwa kau akan lebih memperhatikan aku.

Kau akan menyapaku lebih dulu, sebelum aku sempat menyadari kehadiranmu.

Kau akan memandangku dengan lebih hangat.

Kau akan lebih melembutkan ucapanmu.

Kita akan memiliki buku harian bersama.

Aku mengisinya dengan tulisanku. Dan kau akan memperindahnya dengan gambar goresan tanganmu.

Dalam buku tersebut. Kita akan berbagi kisah hidup bersama. Suka dan duka.

Waktu ini. Saat muazin merapalkan doa selesai azan. Di kehidupan yang sesungguhnya.

Aku tersenyum, membayangkan semua itu.

Aku bergegas untuk segera menunaikan sholat magrib sambil memohon dalam hati: “Seiring doa para hamba di waktu magrib ini, semoga para malaikat mengaminkan semua harapanku tersebut.”

-15 November 2012-

About adedamayanti

Book lover and coffee addict.
This entry was posted in Tulisanku. Bookmark the permalink.

Leave a comment